Diskusi Mahasiswa Banten di Bandung ; Banten Semakin Jauh dari Harapan

0
197

Bandung, fesbukbantennews.com (10/5/2016) – Ngahijikeun dulur salembur yang menjadi tema besar dalam sebuah keakraban yang dibangun mahasiswa Banten di Bandung Provinsi Jawa Barat. Layaknya saudara saling bertemu, berdiskusi mengutarakan ide dan gagasan atas apa yang sudah di capai demi mewujudkan Banten menjadi Provinsi yang di cita-citakan. Demikian dikatakan Budayawan Banten, Tubagus Sapta Suria dalam diskusi rutin sekelompok mahasiswa Banten di Bandung, Jawa Barat yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Banten (KMB), Selasa (10/5/2016).

Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) Bandung.
Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) Bandung.

“Banten tidak hanya milik perorangan, kelompok, tim sukses atau bahkan partai politik pemenang yang diwakili oleh kadernya duduk sebagai pemimpin daerah baik dari tingkat kabupaten sampai provinsi. Banten diperjuangkan oleh pendahulunya untuk di syukuri dan dikelola sesuai dengan yang di cita-citakan, ” kata Tb Sapta.

Tapi Banten hari ini, lanjut Sapta, tidak bisa di nikmati oleh orang Banten yang hidup merantau padahal nama besar atas sejarahnya begitu menggema di luar sana.

Tb Sapta juga menegaskan, Banten musti di kembali kan kepada khitah semangat perjuangan para pendahulunya agar generasi di jaman sekarang tidak kembali salah langkah.

“Dan justru problematika itu harus dijawab oleh mahasiswa Banten yang ada di perantauan dalam bentuk pengabdian nyata. Biarkan lah mereka yang sekarang sedang menikmati keuntungan hasil dari kesalahan dalam perbuatan juga akan di potret dalam sejarah,” tegas Tb Saptani.

Bahwa dengan rasa percaya diri Tubagus Saptani menutup forum diskusi meyakinkan kepada peserta. Jika semua persoalan dapat selesai di Banten dan Bangsa pada umumnya dapat di selesaikan dengan cara gotong royong berbuat bersama menyelesaikan persoalan demi persoalan tutupnya.

Nahri anshory sebagai Ketua Keluarga Mahasiswa Banten bersama pengurus dalam kesempatan tersebut mengungkapkan, di Jawa Barat tidak sedikit orang Banten yang merantau di sini dan berbakti di sini atas nama Banten.

“Tapi kenapa makin kesini kok pengelolaan Banten jauh dari harapan. Terbukti ketika kami sebagai mahasiswa pulang ke kampung halaman malah mengalami degradasi nilai, ” ujar Nashry.

Sebagai contoh, jelas Nashry, aspek sosial, ekonomi dan budaya baheula Banten itu diciptakan oleh pendahulunya untuk dititipkan kepada generasi selanjutnya agar bener-bener amanah.

“Lihat sekarang gizi buruk banyak, kekayaan SDA di kuasai asing, bahkan laut sebagai poros maritim yang kedaulatannya di rampok. Ini menunjukan indeks tidak bagus karena pemerintah seolah-olah enggak serius menangani semua problematika rakyat di Banten, ” jelasnya.
Diskusi ini berujung celetukan spontan dari seluruh peserta yang hadir berjumlah 50 orang: sudah saatnya kita revolusi kesadaran untuk Banten. (LLJ).