Brigjen KH Syamun; Pejuang Kemerdekaan Asal Banten Tanpa Gelar Pahlawan

0
195

Cilegon,fesbukbantennews.com (21/8/2017) – Banten sejatinya memiliki banyak pahlawan pejuang kemerdekaan yang layak mendapatkan gelar pahlawan nasional, salah satunya adalah Brigjen KH.Syamun, sosok pejuang bersorban pimpinan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) sekaligus pendiri lembaga pendidikan pesantren Al-Khairiyah yang berada di Kota Cilegon, Banten.

ketua Pengurus Besar (PB) Al-Khairiyah H Ali Mujahidin foto bersam Ketum PPP dan pengurus Alkhairiyah.

Meski telah dua kali du ajukan sebagai pahlawan nasional pada saat kepemimpinan Gubernur banten Rano Karno dan telah mendapatkan bintang jasa mahaputra ditahun 2000 dari Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Namun hingga kini, gelar pahlawan itu belum juga diberikan oleh pemerintah pusat.

“Perjuangan (mendapatkan gelar pahlawan nasional) saya tidak tahu sudah sampai mana, kita serahkan ke masyarakat dan pemerintah saja. Karena enggak lucu cucunya yang teriak-teriak, nanti jeruk makan jeruk,” kata Ali Mujahidin, cicit cucu dari Brigjen Kh.Syam’un, sekaligus ketua Pengurus Besar (PB) Al-Khairiyah, saat ditemui dimaksudnya di Kota Cilegon, Banten, Senin (21/08/2017).

Kini, perjuangan untuk memperoleh pengakuan sebagai pahlawan nasional terus berlanjut, bahkan Rimahurmuzy selalu Ketua Umum PPP, berjanji akan mendorong pemberian gelar pahlawan nasional melalui Kementrian Sosial (Kemensos).

“Kh.Syamun yang bisa menggabungkan antara sosok agama dengn cinta tanah air. Kita perlu sosok seperti ini, karena cinta agama dan negara bisa berdampingan. Kita fraksi PPp, akan berupaya agar KH.Syamun mendapatkan gelar pahlawan nasional di akan datang. Kita akan bantu proses di kemensos,” kata Romahurmuzy, Ketum PPP, yang ditemui usai mengisi orasi kebangsaan di Yayasan Pendidikan Al-Khairiyah, Kota Cilegon, Banten, malam tadi, Minggu (20/08/2017).

Berdasarkan catatan sejarah, Brigjen KH. Syam’un adalah pendiri Perguruan Tinggi Islam Al-Khairiyah Citangkil, Kota Cilegon. Jenderal bersurban itu lahir pada 5 April 1894 dari pasangan H. Alwiyan dan Hj. Hajar.

Brigjen KH. Syam’un masih keturunan dari KH. Wasid tokoh Geger Cilegon 1888. Pada umur 11 Tahun, KH. Syam’un melanjutkan studi ke Mekkah (1905-1910) dan berguru di Masjid Al-Haram. Pendidikan akademinya dilalui di Al-Azhar University Cairo Mesir (1910-1915).

KH. Syam’un pernah bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA), sebuah gerakan pemuda bentukan Jepang. Dalam PETA, jabatan KH. Syam’un adalah Dai Dan Tyo yang membawahi seluruh Dai Dan I PETA wilayah Serang.

Selama menjadi Dai Dan Tyo KH. Syam’un sering mengajak anak buahnya untuk memberontak dan mengambil alih kekuasaan Jepang. Keterlibatan KH. Syam’un dalam dunia militer mengantarkannya menjadi pimpinan Brigade I Tirtayasa Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian berganti menjadi TNI Divisi Siliwangi.

Dengan Pangkat terakhir Brigadir Jenderal (Brigjen), karier KH. Syam’un diketentaraan terbilang gemilang hingga diangkat menjadi Bupati Serang periode 1945-1949.

Pada Tahun 1948 meletus Agresi Militer Belanda II yang mengharuskan KH. Syam’un bergerilya dari Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang hingga kampung Kamasan Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang.

Daerah ini menjadi tempat tinggal salah satu gurunya, KH. Jasim. Di Kampung ini juga, Brigjen KH. Syam’un meninggal pada Tahun 1949 karena sakit saat memimpin gerilya dari hutan sekitar Kamasan.(dhyie/LLJ