Barak Tuding PT. Krakatau Steel Salah Urus

0
233

Cilegon,fesbukbantennews.com (12/7/2017)-Barisan Rakyat Anti Korupsi (Barak) mensinyalir telah terjadi keterpurukan pada perusahaan baja raksasa kebanggaan Indonesia yakni PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, di Cilegon Banten.

PT Krakatau Steel.(ist)

 

Keterpurukan perusahan nasional tersebut lebih disebabkan karena salah urus oleh pihak pengelolanya.”Lihat saja beberapa kebijakan perusahaan yang terkesan tidak nasionalis. Kenapa harus menjual Latinusa pada Asing?,”Tana Danil Kordinator Barak dalam rilisnya , Rabu (12/7/2017).

 

Menurut Danil tak hanya itu, sejak 2008 PT KS giat melakukan ekspansi, seperti pengembangan proyek peningkatan kapasitas pada unit produksi Direct Reduction Plant (DRP) Hyl III Zero Reformer, pengembangan Slab Steel Plan (SSP) dan revitalisasi Hot Strip Mill (HSM) yang anggarannya bersumber dari dana IPO dan kredit perbankan.

 

“Bagi proyek pengembangan SSP, PT KS menghabiskan anggaran sekitar Rp 750 miliar, dan revitalisasi HMS sekitar Rp 850 miliar. Untuk proyek tersebut, PT KS mengikat kontrak dengan pihak SMS Demg AG, Siemens AG dan PT Siemens Indonesia dengan kontrak nomor 17/C/DU-KS/KONTR/2008, tertanggal 31 Maret 2008. Sementara bagi pengembangan DRP Hyl III proyek Zero Reformer, PT KS menghabiskan anggaran sekitar Rp 650 miliar.”Ungkapnya.

 

Danil menyebut peningkatan kapasitas produksi menjadi 3,5 juta MT per tahun, efisiensi dan peningkatan daya saing menjadi alasan untuk memuluskan semua proyek yang dikehendaki.

 

“Persoalannya, sudahkah peningkatan kapasitas produksi terjadi ?Kalau sudah efisien, lalu kenapa perusahaan terpuruk ? pertanyaan berikutnya sudahkah berdaya-saing ? Sebab proyek pengembangan itu sempat terbengkalai, utamanya pada fasilitas produksi DRP Hyl III proyek Zero Reformer yang sempat gagal akibat meledaknya gas hyter, sehingga menyebabkan terganggunya produksi pabrik spongs selama hampir satu tahun,”Papar Danil.

 

Danil juga mempersoalkan terkait meledaknya equipment gas hyter pada proyek Zero Reformer yang akhirnya ditanggulangi sendiri, karena PT KS diduga tidak dapat melakukan klaim pada kontraktor pelaksana. Dalam hal ini, untuk memperbaiki equipment gas hyter PT KS harus merogoh kocek sekitar Rp 100 miliar.

 

“Begitu pula proyek pengembangan unit produksi SSP. Kecelakaan yang merenggut nyawah dua orang karyawan organik PT KS pada Jan 2014 perlu di investigasi lebih lanjut. Sebab tidak tertutup kemungkinan hal itu terjadi akibat permasalahan pada otomatisasi sistem mekanikal electrikal atas proyek pengembangan SSP dimaksud.,”Ujarnya.

 

Lebih aneh lagi, lanjut Danil pada 2014 PT KS berencana menutup/mengurangi aktifitas produksi pada pabrik SSP karena dinilai tidak efektif & efisien mengingat kondisi PT KS yang saat itu kurang begitu menguntungkan. Lantas apa artinya penggelontoran anggaran sekitar Rp 750 miliar bagi proyek SSP kalau tidak digunakan…?

 

“Patut diduga jangan-jangan proyek itu muncul lewat bim-salabim yang tidak melalui analisis resiko dan perencanaan yang matang…? Atau bahkan jangan-jangan proyek itu dirancang untuk “mengakali” penggunaan dana IPO dan penjualan Latinusa,”Tuding Danil yang mengaku  mengendus banyak kenjanggalan

 

Ia juga memaparkan “Penyakit” PT KS rupanya tidak berhenti sampai disitu, karena akhirnya impor bahan baku setengah jadi steel slab 1,4 juta MT pun dilakukan pada 2013. Alasannya, produksi steel slab di pabrik SSP milik sendiri jauh lebih mahal dibanding impor. Jangankan para ahli, masyarakat awam pun pasti bingun dengan keputusan para dalang PT KS terebut.

 

“Lebih dari itu, baik pengembangan kapasitas produksi SSP maupun impor steel slab, kuat dugaan kalau PT KS belum memiliki target proyeksi penjualan yang pasti, mengingat Direktorat Pemasaran saat itu tampak kesulitan menjual produk yang diperkirakan tidak dapat bersaing dipasaran karena faktor biaya dan beban produksi yang terlampau tinggi,”Paparnya.

 

Pada akhir rilisnya, Danil mengungkapkan ujung dari persoalan yang ada, dan mengingat kondisi perusahaan yang terus menurun, PT KS terkesan menggunakan alasan sederhana, yakni harga baja dunia yang tidak menentu, dan masuknya baja impor yang merusak pasar nasional seolah menjadi faktor utama meruginya PT KS.

 

“Indikatornya tercermin dari penurunan laba pada kuartal satu 2012 turun menyentuh angka 58,9% dari Rp 142 miliar menjadi Rp 58 miliar, yang terdiri dari beban usaha 17,6%, beban bunga 59,3%, dan dibukukannya rugi kurs Rp 26,7 miliar. Belum lagi pada 2013, PT KS berpotensi mengalami kerugian sekitar Rp 450 miliar setelah di cover oleh konsolidasi beberapa anak perusahaannya. Kronisnya persoalan yang melilit PT KS tidak bisa lagi dipandang sepele. Pemerintah (Kemeneg BUMN) sebagai pemegang saham mayoritas perlu segera turun tangan, agar salah urus tidak terus berlanjut,”Pintanya.(Goen/LLJ)