Banyak Siswa Lancar Membaca Tapi Kurang Paham Makna

0
190

Yogyakarta,fesbukbantennews.com (25/10/2016) – Program USAID PRIORITAS melakukan penilaian kemampuan membaca kelas awal (Early Grade Reading Assesment) terhadap 15.941 orang siswa kelas 3 yang disampel di tujuh provinsi dampingan di Indonesia mulai tahun 2012-2015. Tujuh provinsi tersebut yaitu Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.  Hasil dari penilaian tersebut menunjukkan bahwa banyak anak yang disampel oleh program PRIORITAS lancar membaca namun kurang memahami makna teks yang dibaca.

Peserta calon asesor EGRA melakukan simulasi membaca kata tak bermakna dengan menggunakan booklet dan program tangerine dalam tablet.
Peserta calon asesor EGRA melakukan simulasi membaca kata tak bermakna dengan menggunakan booklet dan program tangerine dalam tablet.

“EGRA merupakan salah satu instrumen untuk menilai kemampuan membaca siswa di kelas awal. Tujuan utamanya yaitu mendapatkan data untuk memonitor perkembangan membaca siswa dan menyusun program tindak lanjut untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa,” kata Wakil Direktur Program USAID PRIORITAS Feiny Sentosa dalam pembukaan Pelatihan Asesor EGRA USAID PRIORITAS di Hotel Jogjakarta Plaza, Senin (10/10).

Feiny mengungkapkan kemampuan membaca sangat penting dikuasai oleh siswa kelas awal. Hal tersebut karena kemampuan membaca merupakan dasar untuk belajar selanjutnya. Selain itu, kemampuan ini juga tidak berkembang secara alamiah, sehingga perlu di ajarkan dan dilatihkan.

EGRA dilakukan pada 5 sub-tugas, yaitu, mengenal nama huruf, membaca kata-kata yang bermakna, membaca kata-kata yang tidak bermakna, membaca teks (kelancaran) dan menjawab pertanyaan tentang teks (pemahaman), dan pemahaman menyimak.

Salah satu hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata anak yang disampel oleh program PRIORITAS membaca dengan benar 72 kata per menit. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membaca (atau melafalkan) kata melebihi capaian standar 60 kata permenit  yang dipublikasikan oleh Abadzi pada tahun 2010 dalam reading fluency measurement in EFA FTI Partner Countries.
“Ada temuan menarik dari EGRA yang dilakukan. Banyak siswa lancar membaca, namun dalam hal membaca pemahaman masih perlu ditingkatkan,” ungkap Feiny. Simpulan tersebut berdasarkan hasil penelitian bahwa pemahaman membaca siswa yang disampel oleh program PRIORITAS masih di bawah 80%.

Latih 92 Calon Asesor EGRA

Pada tahun 2016, USAID PRIORITAS kembali melatih 92 orang calon asesor EGRA. Calon asesor tersebut dilatih selama 4 hari (10-13/10) untuk memahami dan menguasai instrumen penilaian dalam program Tangerine pada sebuah tablet. Peserta berasal dari guru, mahasiswa, dan dosen dari 7 provinsi mitra USAID PRIORITAS.
Para asesor dibekali dengan keterampilan untuk pelaksanakan penilaian sesuai dengan prosedur yang konsisten sehingga menghasilkan penilaian yang valid dan andal. Asesor yang telah terlatih akan berinteraksi satu persatu dengan anak secara verbal selama 12 menit per asesmen.  Kebanyakan sub-tugas berlangsung 1 menit, dan berpusat pada anak. Maksudnya setiap subtugas dimulai jika anak siap.

Azwar Anas, peserta mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, mengungkapkan bahwa pelatihan ini dilakukan dengan disiplin dan terukur. Disiplin yang dimaksud oleh Azwar adalah setiap instrumen dan waktu dalam pelatihan sangat ketat sehingga kemampuan dari masing-masing asesor terpantau menggunakan sebuah program dan cara mengukurnya sudah ditentukan secara detail. Sedangkan terukur, karena setiap komponen tes terkecil sudah diperhitungkan sesuai dengan dasar ilmiah.

Saminanto, Dosen Universitas Islam Walisongo Semarang, juga mengaku bahwa hasil EGRA menunjukkan hasil yang valid dan objektif. Setiap keterampilan membaca yang diukur dilakukan dengan konsisten dan oleh asesor yang telah terlatih dengan pendekatan yang sesuai psikologi siswa kelas awal. Selain itu, dirinya mengaku ada sesuatu yang tidak pernah terbersit dalam pikirannya untuk dijadikan sebagai tes membaca sebelum bergabung sebagai asesor. (LLJ).
Kiriman: Ana USAID Prioritas