Al-Khairiyah,Organisasi dan Lembaga Pendidikan Tertua di Banten

0
827

Cilegon,fesbukbantennews.com (25/2/2017) – Al-Khairiyah, merupakan salah satu organisasi dan lembaga pendidikan tertua di Banten yang telah berusia 101 tahun.

Ali Mujahidin, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Al-Khairiyah (tengah) Dan pengurus.(why)

 

Nama Al-Khairiyah dengan pendirinya adalah Brigjen K.H. Syam’un memang tak setenar dengan Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1926 dengan pendirinya K.H. Hasjim Asy’ari ataupun Muhammadiyah yang berdiri ditahun 1912 dengan tokohnya Muhammad Darwis, khususnya dalam kancah perpolitikan nasional.

 

“Terkait populer tidak populer, Al-Khairiyah tidak mementingkan itu, yang terpenting karya nyata. Golongan pendidikan Al-Khairiyah itu menengah kebawah, maka nya pendidikan kami (umum nya) ada di wilayah Pantura,” kata Ali Mujahidin, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Al-Khairiyah, di Kota Cilegon, Jum’at (24/2/2017).

 

Namun pria yang akrab disapa Mumu itu memastikan bahwa semua organisasi  itu bertujuan sama, yakni membangun ummat, bangsa dan menjaga keutuhan NKRI.

 

“Masing-masing ada kapling (wilayah kerja), NU ada kapling, Muhamadiyah ada kapling, semua bekerja untuk ummat, untuk negeri, semua sama,” tegasnya.

 

Dalam catatam sejarah, Perguruan Islam Al-Khairiyah di dirikan oleh K.H. Brigjen Syam’un yang bertempat di Citangkil, Kota Cilegon, Banten, pada tahun 1916 Masehi. Perguruan tersebut dibagi dalam dua sistem, yakni sistem pesantren atau tradisional lalu yang kedua menerapkan sistem madrasah atau klasikal.

 

Nama Al-Khairiyah sendiri di ambil dari sebuah nama bendungan di Sungai Nil, Mesir dengan harapan dapat menambah semangat juang K.H.Brigjen Syam’un dalam Dunia Pendidikan dan membawa manfaat yang sangat besar bagi masyarakat, agama dan Negara. Sebagaimana bendungan tersebut member manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat Mesir.

 

Sedangkan K.H.Brigjen Syam’un, merupakan pria yang lahir pada 05 April 1894 dikampung Beji, Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang yang saat itu masih berupa Keresidenan Banten dan masuk ke dalam Provinsi Jawa Barat.

 

Brigjen K.H Syam’un ini pernah mengenyam pendidikkan di Mekkah, Arab Saudi pada tahun 1905-1910 dan di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir tahun 1910-1915.

 

Darah perjuangan selain ditularkan kedua orang tuanya, sang kakak pun, K.H. Wasyid merupakan tokoh perlawanan terhadap penjajah yang terkenal melalui Geger Cilegon tahun 1888.

 

Ditahun 1943-1948, K.H.Brigjen Syam’un menjadi panglima Divisi Banten dengan pangkat kolonel merangkap menjadi Bupati Kabupaten Serang. Pada Tahun 1948, tepatnya tanggal 23 Desember 1948. Hari kamis, tentara Belanda menyerbu daerah Banten. Pada saat itu K.H.Brigjen Ayam’un ditawan oleh tentara Belanda, tetapi pada malam harinya beliau dapat meloloskan diri. Dan keesokan harinya menggabungkan diri dengan Markas Gerilya sector I wilayah Gunungsari.

 

Kemudian beliau memimpin perang Gerilya bersama pemimpin-pemimpin lainnya, tepat pada hari senin pukul 09.00 WIB, tanggal 28 Februari 1949 beliau meninggal dunia ditengah hutan Cacaban Kampung Kamasan, Desa Kamasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banre. Pada hari itu juga beliau dikebumikan di pemakaman umum Kampung Kamasan

 

Namun sayang, hingga kini Brigjen K.H Syam’un meski telah berulang kali di ajukan agar menajadi pahlawan nasional, gelar itupun tak kunjung diberi oleh pemerintah pusat dengan alasan ruang lingkup perjuangannya yang hanya di wilayah Banten dan Jawa Barat.(why/LLJ)