Aktivitas Penambangan di Puloampel Kabupaten Serang Semakin Mengkhawatirkan

0
204

Serang,fesbukbantennews.com (30/8/2016) – Aktivitas penambangan di kawasan Poloampel, Kabupaten Serang kian mengkhawatirkan. Rusaknya bukit-bukit di sekitar lokasi dan debu yang memasuki hunian warga semakin membuat kualitas udara di kawasan tersebut semakin buruk. Pada sisi lain, pembabatan bukit-bukit batu di kawasan tersebut menjadikan jalur evakuasi bencana dan daerah resapan air hilang.

Direktur Eksekutif LSM Rekonvasi Bhumi NP Rahadian.(BH)
Direktur Eksekutif LSM Rekonvasi Bhumi NP Rahadian.(BH)

“Ketika bukit-bukit dilukai, tanah dikupas struktur tanah yang subur menjadi hilang. Tanah subur itu biasanya ada di bagian lapisan atas, karena mereka menambang batu, tanah yang subur itu dibuang begitu saja,” terang NP Rahadian, Direktur Eksekutif  :LSM Rekonvasi Bhumi  Senin (29/8/2016).

Karena penambangan terus-menerus, lanjut pria yang akrab disapa Nana tersebut, terjadi sedimentasi yang parah di lokasi tersebut. “Ketika hujan turun, air merah artinya sangat sedimentif dan terjadi pendangkalan sungai di mana-mana,” tuturnya.

Semestinya, wilayah tersebut menjadi daerah resapan air ketika hujan turun. Namun ketika pendangkalan area tampung hujan semakin hilang akibatnya akan banjir di lokasi tersebut.

Sisi lain kesehatan masyarakat menurun drastis akibat kualitas udara menjadi buruk. Hal ini bisa disaksikan dengan debu tebal yang memasuki hunian warga akibat aktivitas produksi. “Kita bisa lihat genting warga berwarna putih. Itu akubat debu yang beterbangan menempel di atas rumah warga. Silahkan cek penderita ISPA (infeksi saluran pernafasan atas),” tandasnya.

Eka, warga Puloampel, Kabupaten Serang mengaku kerap mengalami ganguan pernafasan atas akibat debu yang ditimbulkan dari aktivitas galian. “Debunya kan sampai ke sini. Kalau lagi hujan memang nggak terlalu kerasa, kalau lagi musim panas itu yang banyak,” terangnya.

Selain debu, hal lain, seperti transportasi pengiriman material batu hasil tambang merusak jalan seanjang Puloampel hingga Bojonegara. Pengajar di salah satu Akademi Kebidanan ini mengaku tidak nyaman dengan kendaraan besar yang lalu lalang di daerahnya. “Jalan di sini kan cepet rusak. Mobilnya gede-gede begitu,” kata Eka.

Pantauan di lokasi, banyak aktivitas penambangan di sepanjang jalur Bojonegara hingga Puloampel. Alat berat melakukan pengerukkan bukit-bukit di pinggir jalan untuk mendapatkan materil batu. Kawasan tersebut makin gersang karena bukit-bukit sudah mulai rata dengan tanah yang ada di sekitar galian. (abahniar/LLJ)